Rabu, 26 Januari 2022

PRESEDEN ABAL-ABAL PEMINDAHAN IKN

Oleh: Andika Saputra, S.T., M.Sc.*

Dua foto yang saya sematkan pada tulisan ini berasal dari Buku Saku Pemindahan IKN halaman 5 dan 6. Dari tata letak yang didominasi gambar, diagram, dan tabel, serta ketebalan yang tidak mencapai 30 halaman, buku ini diperuntukkan untuk masyarakat luas agar dapat memahami argumentasi pemerintah memindahkan Ibu Kota Negara, landasan dan payung hukumnya, serta konsep desain Ibu Kota baru. Harapannya, tentu saja, agar masyarakat menyetujui kebijakan pemerintah dengan turut mendukung pemindahan Ibu Kota.

Saya mendapati dalam buku tersebut satu kesalahan fatal untuk mempengaruhi persepsi publik. Pada halaman 5 dan 6 ditampilkan preseden pemindahan ibu kota yang pernah dilakukan negara lain, yakni Brazil dan Australia. Dengan dua halaman tersebut pemerintah hendak membangun persepsi publik bahwasanya pemindahan IKN adalah persoalan yang wajar karena beberapa negara juga pernah melakukannya. Jadi, tidak perlu pemindahan Ibu Kota dikritisi, ditentang, apalagi ditolak dengan suara bulat. Sebagaimana kewajaran adalah keniscayaan untuk terjadi, termasuk di Indonesia.

Dalam perencanaan dan perancangan lingkungan binaan memang dikenal metode preseden, terutama dalam paradigma Posmodern. Preseden digunakan untuk memudahkan proses perencanaan dan perancangan dengan melakukan kajian terhadap objek serupa, sehingga diketahui kelebihan dan kelemahan dari kasus sebelumnya. Kelebihan dapat diadaptasi setelah dilakukan rekontekstualisasi, sedangkan kelemahan sedapat mungkin dihindari.

Terkait aspek keserupaan atau kesamaan, buku tersebut telah memenuhi. Objek IKN Brazil dan Australia dijadikan sebagai preseden bagi pemindahan IKN Indonesia. Yang bermasalah ialah aspek analisis yang dilakukan. Di halaman 5 dan 6 tertulis latar belakang pemindahan IKN Brazil menekankan faktor pembentukan identitas Brazil sebagai negara modern, sementara pada kasus Australia sarat dengan faktor politis. Isi dua halaman tersebut tidak koheren dan sistematis jika dikaitkan dengan halaman 2 sampai 4 yang memaparkan argumentasi pemindahan IKN Indonesia yang dominan dipengaruhi faktor kepadatan penduduk dan daya dukung lingkungan Jakarta yang tidak mampu lagi mewadahi aktivitas pemerintahan pusat. Sehingga secara substansial kajian preseden yang dilakukan tidak berguna karena tidak relevan dan tidak selaras dengan rencana pemindahan IKN Indonesia.

Kedua, halaman argumentasi pemindahan IKN Indonesia yang diletakkan lebih dahulu, kemudian disusul halaman preseden, sangat sarat dengan tujuan pengalihan perhatian masyarakat. Setelah membaca 3 halaman urgensi pemindahan IKN Indonesia sudah hampir dipastikan pembaca tidak akan melakukan pembacaan kritis terhadap 2 halaman berikutnya sehingga terungkap tidak koherennya pembahasan pada dua bagian tersebut. Dengan gambar bendera negara Brazil dan Australia di bagian atas yang mendominasi tata letak halaman, serta warna yang menjadi vocal point pada halaman 5 dan 6, perhatian pembaca diarahkan pada bagian tersebut agar tidak membaca tulisan di tubuh halaman dengan ukuran huruf terbilang kecil.

Dengan menampilkan halaman argumentasi pemindahan IKN Indonesia terlebih dahulu, kemudian disusul halaman preseden diharapkan dapat terbentuk persepsi kewajaran pemindahan IKN. Padahal dalam kajian preseden yang benar ialah disampaikan terlebih dahulu hasil kajian preseden, barulah dilanjutkan dengan relevansinya pada kasus yang sedang ditangani. Dengan begitu pembacaan pada halaman objek perencanaan dan perancangan akan terkait erat dengan kasus preseden yang dipilih.

Menyedihkan memang, mega proyek dengan biaya dari kocek rakyat dikomunikasikan dengan cara-cara yang curang dan salah secara metodologis agar pemilik sah Republik ini terkecoh. Kalau saja mahasiswa bimbingan saya melakukan kesalahan sebagaimana buku ini, dan dilakukan dengan sengaja, sudah pasti saya minta untuk direvisi sambil saya sampaikan kepadanya, "Ojo ngapusi aku lo ya! Preseden-presedenan kui duso! Dasar gublik!"

 

Tulisan ini diunggah pertama kali di status Facebook penulis pada hari Sabtu, 22 Januari 2022.

____

*Dosen Arsitektur UMS, Pembina SEED Institute & Peneliti Melek Ruang

 

Sebelumnya
Next Post

0 comments: