Sabtu, 15 Januari 2022

INDUSTRIALISASI: KONSISTENSI PEMIKIRAN KUNTOWIJOYO



Oleh: Andika Saputra, S.T., M.Sc.*

Buku ini terbilang istimewa di antara deretan panjang karya Kuntowijoyo karena menggambarkan titik awal sekaligus titik akhir pemikirannya. Buku berjudul Borjuasi dalam Transformasi Eropa merupakan hasil penelitian skripsi Kuntowijoyo di Prodi Sejarah UGM pada tahun 1969, sehingga menempatkannya sebagai karya ilmiah pertama Kunto. Sekaligus buku ini merupakan salah satu karya terakhirnya karena sebelum meninggal pada tahun 2005, Kuntowijoyo dengan bantuan dari Penerbit Ombak menuliskan kembali laporan skripsinya dalam format buku dan menyesuaikan penulisannya mengikuti ejaan terkini.

Dalam skripsinya Kuntowijoyo memaparkan sejarah kemunculan, perkembangan, dan peran kelas Borjuis di Eropa Daratan dan Inggris yang berdasarkan penelitiannya tersebut disimpulkan sebagai pihak yang paling bertanggungjawab atas terjadinya dua revolusi, yakni Revolusi Industri di Inggris dan Revolusi Politik di Prancis, sehingga Dunia Barat memasuki era modern yang ditandai dengan terjadinya industrialisasi, perubahan sistem politik, dan tumbuhnya sistem ekonomi Kapitalisme.

Kunto menelusuri awal mula kemunculan kelas Borjuis hingga masa pra Renaisans di Italia utara yang seiring waktu menyebar ke hampir seluruh wilayah Eropa, kecuali Eropa Timur, dan pada akhirnya menjelang dua revolusi terpusat di Inggris dan Prancis. Kunto pun melakukan analisis mengapa Revolusi Industri terjadi di Inggris dan Revolusi Politik di Prancis, padahal keduanya didalangi kelas Borjuis. Kemudian, setelah dua revolusi yang menjadi tonggak berkuasanya Borjuis, Kunto menunjukkan pengaruh kelas baru tersebut terhadap berbagai aspek kehidupan bangsa Eropa, dari ekonomi, politik, pendidikan, hingga keagamaan. Buku ini ditutup oleh Kunto dengan melancarkan kritik terhadap Borjuis.

Seakan telah terencana, sebelum Kunto menjelaskan kondisi, proses, dan dampak industrialisasi terhadap berbagai aspek kehidupan umat manusia dan umat Islam secara khusus melalui karya-karya ilmiah berikutnya, sebut saja dua karya paling awal adalah Dinamika Sejarah Umat Islam Indonesia tahun 1986 dan Budaya dan Masyarakat tahun 1987, terlebih dahulu Kunto mengulas aktor utama atau dalang dari terjadinya transformasi menyeluruh dalam kehidupan bangsa Eropa yang kemudian menjalar ke seluruh dunia.

Buku ini menunjukkan konsistensi pemikiran Kuntowijoyo sejak awal hingga akhir yang berfokus pada permasalahan industrialisasi. Karya terakhir yang membawa pembaca kembali ke titik awal menegaskan ruang lingkup kajian Kunto yang dispesifikkan olehnya melalui karya-karya selanjutnya seputar pengaruh industrialisasi terhadap kehidupan budaya, ekonomi, politik, dan keagamaan umat Islam di Indonesia. Tak pernah sekali pun, sejauh pembacaan saya, Kunto keluar dari koridor ini, bahkan untuk karya-karya sastranya yang memang dimaksudkan olehnya untuk menggugah kesadaran bangsa Indonesia dan umat Islam di Indonesia terhadap masalah besar di depan mata yang tidak lain ialah industrialisasi yang berjalin kelindan dengan liberalisasi.

Selain itu, buku ini dan rangkaian karya Kunto selanjutnya hingga akhir, menunjukkan corak berpikir dan menulis yang digunakannya secara konsisten, yakni deskripsi, pencarian faktor-faktor, penentuan masalah, lontaran kritik, dan penawaran solusi. Hanya saja dalam penelitian skripsinya, Kunto tidak memasuki bagian yang terakhir. Pada karya-karya awal, seperti dua buku yang saya sebutkan di atas, solusi yang ditawarkan Kunto bersifat konseptual dan praktis. Kemudian pada karya setelahnya, dimulai dari buku berjudul Paradigma Islam, kritik dan solusi yang disampaikan Kunto bersifat filosofis dan metodologis. Dengan demikian deretan karya Kunto menggambarkan upayanya untuk memasuki seluruh ranah dari permasalahan industrialisasi.

Konsistensi dalam menggeluti permasalahan serta konsistensi dalam pemikiran adalah pelajaran yang dapat kita ambil dan resapi dari Kunto. Sebab industrialisasi terus melaju dan liberalisasi tak juga surut melemah, sejauh itu pula buah pemikiran Kunto masih relevan untuk dibaca, dikaji, didiskusikan, dan dieksperimentasikan. Tetapi harus diingat, sebagaimana nasihat Bu Susi sebagai istri Kunto pada pengantar buku ini, jangan sekali-kali mengkultuskan Kunto.

Kita sebagai generasi penerus masih memiliki tugas yang tidak sedikit untuk melanjutkan pemikirannya, mengembangkan, mengkontekstualkan, dan tentu saja mengamalkan untuk mewujudkan industrialisasi yang manusiawi, bebas dari segala struktur yang merusak, dan bermuatan ketuhanan. Inilah cita profetik Islam yang menjadi tujuan dari pemikiran Kuntowijoyo. Yang menggelitik saya setelah membaca buku ini, jika Barat memiliki kelas Borjuis, lalu untuk mewujudkan cita-cita tersebut, apa atau siapa gerangan dari kalangan umat Islam yang patut menjadi aktor utama?

Tulisan ini diunggah pertama kali di status Facebook penulis pada hari Jumat, 7 Januari 2022.

____

*Penulis buku Arsitektur Masjid: Dimensi Idealitas dan Realitas

Sebelumnya
Next Post

0 comments: