Dalam skripsinya Kuntowijoyo
memaparkan sejarah kemunculan, perkembangan, dan peran kelas Borjuis di Eropa
Daratan dan Inggris yang berdasarkan penelitiannya tersebut disimpulkan sebagai
pihak yang paling bertanggungjawab atas terjadinya dua revolusi, yakni Revolusi
Industri di Inggris dan Revolusi Politik di Prancis, sehingga Dunia Barat
memasuki era modern yang ditandai dengan terjadinya industrialisasi, perubahan
sistem politik, dan tumbuhnya sistem ekonomi Kapitalisme.
Kunto menelusuri awal mula kemunculan
kelas Borjuis hingga masa pra Renaisans di Italia utara yang seiring waktu
menyebar ke hampir seluruh wilayah Eropa, kecuali Eropa Timur, dan pada
akhirnya menjelang dua revolusi terpusat di Inggris dan Prancis. Kunto pun
melakukan analisis mengapa Revolusi Industri terjadi di Inggris dan Revolusi
Politik di Prancis, padahal keduanya didalangi kelas Borjuis. Kemudian, setelah
dua revolusi yang menjadi tonggak berkuasanya Borjuis, Kunto menunjukkan
pengaruh kelas baru tersebut terhadap berbagai aspek kehidupan bangsa Eropa,
dari ekonomi, politik, pendidikan, hingga keagamaan. Buku ini ditutup oleh
Kunto dengan melancarkan kritik terhadap Borjuis.
Seakan telah terencana, sebelum
Kunto menjelaskan kondisi, proses, dan dampak industrialisasi terhadap berbagai
aspek kehidupan umat manusia dan umat Islam secara khusus melalui karya-karya
ilmiah berikutnya, sebut saja dua karya paling awal adalah Dinamika Sejarah
Umat Islam Indonesia tahun 1986 dan Budaya dan Masyarakat tahun 1987, terlebih
dahulu Kunto mengulas aktor utama atau dalang dari terjadinya transformasi
menyeluruh dalam kehidupan bangsa Eropa yang kemudian menjalar ke seluruh
dunia.
Buku ini menunjukkan konsistensi
pemikiran Kuntowijoyo sejak awal hingga akhir yang berfokus pada permasalahan
industrialisasi. Karya terakhir yang membawa pembaca kembali ke titik awal
menegaskan ruang lingkup kajian Kunto yang dispesifikkan olehnya melalui
karya-karya selanjutnya seputar pengaruh industrialisasi terhadap kehidupan
budaya, ekonomi, politik, dan keagamaan umat Islam di Indonesia. Tak pernah
sekali pun, sejauh pembacaan saya, Kunto keluar dari koridor ini, bahkan untuk
karya-karya sastranya yang memang dimaksudkan olehnya untuk menggugah kesadaran
bangsa Indonesia dan umat Islam di Indonesia terhadap masalah besar di depan
mata yang tidak lain ialah industrialisasi yang berjalin kelindan dengan
liberalisasi.
Selain itu, buku ini dan rangkaian
karya Kunto selanjutnya hingga akhir, menunjukkan corak berpikir dan menulis
yang digunakannya secara konsisten, yakni deskripsi, pencarian faktor-faktor,
penentuan masalah, lontaran kritik, dan penawaran solusi. Hanya saja dalam
penelitian skripsinya, Kunto tidak memasuki bagian yang terakhir. Pada
karya-karya awal, seperti dua buku yang saya sebutkan di atas, solusi yang
ditawarkan Kunto bersifat konseptual dan praktis. Kemudian pada karya
setelahnya, dimulai dari buku berjudul Paradigma Islam, kritik dan solusi yang
disampaikan Kunto bersifat filosofis dan metodologis. Dengan demikian deretan
karya Kunto menggambarkan upayanya untuk memasuki seluruh ranah dari
permasalahan industrialisasi.
Konsistensi dalam menggeluti
permasalahan serta konsistensi dalam pemikiran adalah pelajaran yang dapat kita
ambil dan resapi dari Kunto. Sebab industrialisasi terus melaju dan liberalisasi
tak juga surut melemah, sejauh itu pula buah pemikiran Kunto masih relevan
untuk dibaca, dikaji, didiskusikan, dan dieksperimentasikan. Tetapi harus
diingat, sebagaimana nasihat Bu Susi sebagai istri Kunto pada pengantar buku
ini, jangan sekali-kali mengkultuskan Kunto.
Kita sebagai generasi penerus masih memiliki tugas yang tidak sedikit untuk melanjutkan pemikirannya, mengembangkan, mengkontekstualkan, dan tentu saja mengamalkan untuk mewujudkan industrialisasi yang manusiawi, bebas dari segala struktur yang merusak, dan bermuatan ketuhanan. Inilah cita profetik Islam yang menjadi tujuan dari pemikiran Kuntowijoyo. Yang menggelitik saya setelah membaca buku ini, jika Barat memiliki kelas Borjuis, lalu untuk mewujudkan cita-cita tersebut, apa atau siapa gerangan dari kalangan umat Islam yang patut menjadi aktor utama?
Tulisan ini diunggah pertama kali di status
Facebook penulis pada hari Jumat, 7 Januari 2022.
____
*Penulis buku Arsitektur Masjid: Dimensi Idealitas dan Realitas
0 comments: